Selasa, 15 Maret 2011

ANTARA MATA DAN HATI



“Hati adalah raja dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik maka baik pula pasukannya” (Ibnul Qayyim)

     Mata adalah panglima hati. Hampir semua perasaan dan perilaku berawal dari pandangan mata. Imam Ghazali dalam kitab  ihya ulumuddin, mewasiatkan agar kita tidak menganggap ringan masalah pandangan.

     Saudaraku

    Semoga Allah memberi naungan barakah-Nya kepada kita semua. Fitnah dan ujian tidak pernah berhenti. Sangat mungkin, kita kerap mendengar bahkan mengkaji masalah mata. Tapi belum tentu kita termasuk kepada orang yang bisa memelihara matanya.

    Menurut imam Ibnul Qayyim, mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong. Mata , memiliki kenikmatan pandangan. Sedangkan hati, memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu keduanya merupakan sekutu yang mesra. Jika terpuruk dalam kesulitan, maka masing-masing akan mencela dan mencerai.

    Saudaraku

   Mari kita perhatikan dialog imajiner antara mata dan hati yang ditulis oleh Ibnul Qayyim dalam kitab Raudhatul Muhibbin:

   Kata hati kepada mata: “kaulah yang telah menyeretku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman dari kebun yang tidak sehat. Kau salahi firman Allah, “Hendaklah mereka menahan pandangannya”. Kau salahi sabda Rasulullah saw, “Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barang siapa yang meninggalkannya karena takut pada Allah, maka Allah akan balasan iman padanya, yang akan didapati kelezatan di dalam hatinya.” (HR. Ahmad).

    Tapi mata berkata pada hati: “Kau dzalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang engkau tunjukkan. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya didalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik maka seluruh tubuh akan baik pula. Dan jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati.” (HR.Bukhari dan Muslim)

     Perilaku mata dan hati adalah sikap tersembunyi yang sulit diketahui oleh orang lain. Kedipan mata ataupun kecenderungan hati, merupakan rahasia diri yang tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah swt, “Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati” (Q.S. Al Mukmin:19). Itu artinya memelihara pandangan mata akan menuntun suasana hati.

     Pemeliharaan mata dan hati sangat identik dengan tingkat keimanan seseorang.

    Saudaraku

    Dalam sebuah hadits dikisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang yang membawa hasanat (kebaikan) yang sangat banyak. Bahkan Rasulullah menyebutnya, kebaikan orang itu bak sebuah gunung. Tapi, ternyata Allah tidak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikan itu. Allah menjadikan kebaikan itu tak berbobot, seperti debu yang berterbangan, tidak ada artinya. Rasulullah mengatakan, bahwa kondisi seperti itu adalah karena mereka adalah kelompok manusia yang melakukan kebaikan ketika berada bersama manusia lain. Tapi tatkala dalam keadaan sendiri dan tidak ada manusia lain melihatnya, ia melanggar larangan-larangan Allah (HR Ibnu Majah)

    Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujian yang akan membuktikan kualitas iman.

   Disinilah peran mengandalikan mata dan kecondongan hati termasuk dalam situasi sendirian, karena ia menjadi bagian dari suasana yang tidak diketahui oleh orang lain, “Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya yakinilah bahwa ia melihatmu”. Begitu pesan Rasulullah saw.

Diambil dari buku “Mencari Mutiara di Dasar Hati” karangan Muhammad Nursani